Rabu, 03 Maret 2010

Kamis, 07 Januari 2010

KEPEMIMPINAN

TUGAS POKOK PEMIMPIN
Merumuskan atau mendefinisikan misi organisasi
Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi
Mempertahankan keutuhan organisasi
Menyelesaikan konplik

GEJALA KETIDAK BERHASILAN
Absensi
Perbuatan semaunya
Kesedihan dan terintimidasi
Keluhan terhadap atasan
Permintaan pindah
Sikap lambat-Pemogokan
Permusuhan kepada atasan
Menyabot fasilitas

KENDALA DALAM KEPEMIMPINAN
kurang wawasan/pengetahuan
tidak memiliki visi dan misi
kurang cerdas
kurang bersemangat
sikap skeptis atau tidak percaya diri
Emosional - Egoisme
Rasa sombong dan takabur, moral lemah
Malas - Senang dipuji
Iri dan dengki
Persaingan tidak sehat

PERILAKU PEMIMPIN
1. Mengutamakan tugas
2. Bertenggang rasa
3. Membangkitkan kepercayaan
4. Penghargaan dan pengakuan
5. Kemungkinan pemberian imbalan atau penghargaan
6. Partisipasi pengambilan keputusan
7. Otonomi/delegasi
8. Memberikan klasifikasi peran pemimpin
9. Menetapkan tugas
10. Pelatihan
11. Penjabaran informasi
12. Pemecahan masalah
13. Perencanaan
14. Kordinasi
15. Fasilitas kerja
16. Wakil organisasi
17. Menciptakan suasana kerja
18. Mengendalikan konplik
19. Kritik dan disiplin
VISI-MISI WAKASEK HUMAS


V I S I :

TERWUJUDNYA KOMUNIKASI DAN TATA KERJA YANG SINERGIS DAN HARMONIS ANTARA KEPALA SEKOLAH, GURU, KARYAWAN DAN STAKEHOLDER UNTUK MENCAPAI TUJUAN SEKOLAH YANG MAKSIMAL

M I S I :

1. Membantu Kepala Sekolah dalam membangun dan meningkatkan komunikasi dengan Guru, Karyawan, Siswa, Dinas Pendidikan, Lingkungan/Masyarakat, Perguruan Tingi, Lembaga Swadaya Masyarakat, SLTP dan SLTA.
2. Membantu Kepala Sekolah dalam membangun dan meningkatkan citra melalui tata kerja Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan dalam bidang manajerial, akademik, penelitian - pengembangan, evaluasi pendidikan, dan bidang sosial.
3. Membantu Kepala Sekolah dalam membangun dan meningkatkan sistem pembelajaran yang aman, nyaman, kondusif, kompetetitif dan administratif melalui optimalisasi dan sosialisasi program Diknas dan Sekolah

T U J U A N :

1. Terjalinnya hubungan yang harmonis antara Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, dan Siswa sehingga terbentuk hubungan yang saling menguntungkan bagi dunia pendidikan di lingkungan sekolah.
2. Terbentuknya pola kerja yang sinergis di wilayah Kepala Sekolah, Guru, dan Karyawan sehingga menghasilkan karya yang baik, benar, tepat guna, mencapai sasaran dan tujuan sekolah.
3. Terciptanya pembelajaran yang aman, nyaman, kondusif, kompetitif dan administratif sehingga berkembangnya potensi peserta didik dalam bidang keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab, menuju cita-cita yang diinginkannya.

AKU LAMA MELAMUN SEANDAINYA AKU SERING NULIS

karena tidak - jarang nulis rasanya jadi banyak melamun lagi entahlah

Selasa, 02 Juni 2009

Kamis, 07 Mei 2009

KERAMIK

MEMBUAT KERAMIK

Tapip Bahtiar
(disarikan dari Studio Keramik PPPPTK Seni dan Budaya

Keramik merupakan salah satu karya yang dapat digolongkan kepada seni kriya. Kriya ini telah ada dan dikenal sejak zaman prasejarah dengan sebutan gerabah. Secara perlahan karya yang terbuat dari tanah liat ini mengalami perkembangan, baik dari bahan, cara pengolahan, desain, dan fungsi dari keramik itu sendiri. Akan tetapi prinsip pembuatan keramik pada dasarnya sama yaitu mengolah bahan/tanah liat, membentuk, memberikan hiasan, mengeringkan, dan membakar. Daerah yang terkenal dengan seni kriya keramik antara lain Plered di Jawa Barat dan Kasongan di Jawa Tengah.
Pada masa sekarang ini membuat keramik memerlukan teknik-teknik yang khusus dan unik, Hal ini karena adanya kemajuan teknologi pengolahan, bahan, maupun fungsi keramik. Oleh karena itu pembuatan karya kriya keramik diperlukan pertimbangan–pertimbangan dan perhitungan yang matang. Proses awal yang diperhitungkan dan dikerjakan dengan baik, akan menghasilkan produk yang baik juga. Demikian sebaliknya, kesalahan di tahapan awal proses akan mengasilkan produk yang kurang baik juga. Tahap-tahap membuat produk keramik adalah sebagai berikut :


1. Pengolahan bahan

Proses pengolahan bahan baku untuk pembuatan keramik dapat dilakukan dengan teknik basah maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal. Tahapan yang harus dilakukan antara lain :
• Pengurangan ukuran butir, dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan ballmill.
• Penyaringan, dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak seragam, diukur dengan ukuran mesh. Biasanya yang lazim digunakan adalah 60 – 100 mesh.
• Pencampuran, bertujuan untuk mendapatkan campuran bahan yang homogen/seragam.
• Pengadukan (mixing), dapat dilakukan dengan cara manual maupun masinal dengan blunger maupun mixer.
• Pengurangan kadar air dilakukan pada proses basah, dimana hasil campuran bahan yang berwujud lumpur dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi jumlah air yang terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini dapat dilakukan dengan diangin-anginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan alat filterpress.
• Tahap terakhir adalah pengulian, yaitu menghomogenkan massa badan tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara, kemudian diperam agar didapatkan keplastisan yang maksimal.


2. Pembentukan

Tahap pembentukan adalah tahap membentuk benda yang dikehendaki yang dimulai dari bongkahan tanah hingga menjadi benda keramik. Untuk proses pembentukan terdapat tiga teknik utama, yaitu pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak (casting).

• Teknik pembentukan tangan langsung, yang dikenal selama ini adalah dengan cara : teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), dan teknik lempeng (slabbing).
• Teknik pembentukan papan putar, adalah proses pembentukan keramik yang dibantu dengan media papan putar sebagai alas membentuk keramik. Benda yang dapat dibuat pada papan putar adalah benda keramik yang bersipat memiliki bentuk dasar selinder (pot, jambangan, guci dan lain-lain). Sekalipun papan putar dapat dipakai untuk membentuk benda keramik lainnya sebatas untuk memudahkan pembuat agar tidak sering berpindah tempat atau pandangan. Teknik papan putar merupakan kekhasan dalam kerajinan keramik. Karena teknik ini mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi. Teknik ini dilakukan dengan menambahkan sedikit demi sedikit tanah liat diatas tempat yang bisa diputar. Salah satu tangan pengrajin akan berada disisi dalam sementara yang lainnya berada diluar. Dengan memutar alas tersebut, otomatis tanah yang ada diatas akan membentuk silinder dengan besaran diameter dan ketebalan yang diatur melalui proses penekanan dan penarikan tanah yang ada pada kedua telapak tangan pembuat. Jika dirinci proses membentuk keramik melalui media papan putar terdiri dari: centering (pemusatan), coning (pengerucutan), forming (pembentukan), rising (membuat ketinggian benda), refining the contour (merapikan).
• Teknik pembentukan mencetak, adalah proses pembuatan keramik dengan menggunakan bantuan cetakan (mold) dengan model/desain telah dibentuk sebelumnya. Umumnya cetakan dibuat dari bahan gipsum. Teknik cetak dapat dilakukan dengan 2 cara: cetak padat dan cetak tuang (slip). Pada teknik cetak padat bahan baku yang digunakan adalah badan tanah liat plastis sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang digunakan berupa tanah liat slip/lumpur. Keunggulan dari teknik cetak ini adalah benda yang diproduksi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama persis.


3. Proses Pengeringan

Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan kadar plastis pada bahan keramik. Pada pengeringan ini terdapat tiga proses penting:
• Air pada lapisan antar partikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan penyusutan berhenti.
• Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut.
• Air yang terserap pada permukaan partikel hilang.

Tahap-tahap ini harus dilakukan secara lambat untuk menghindari retak (cracking). Karena proses yang terlalu cepat akan mengakibatkan keretakkan yang dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba tanpa diimbangi penataan partikel tanah liat secara sempurna. Untuk menghindari pengeringan yang terlalu cepat, pada tahap awal benda keramik diangin-anginkan pada suhu kamar. Setelah tidak terjadi penyusutan, pengeringan dengan sinar matahari langsung atau mesin pengering.

4. Proses Pembakaran

Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku (furnace) bersuhu tinggi. Tanah liat sebagai bahan baku utama untuk pembuatan benda keramik akan mengalami perubahan fisik dan kimiawi menjadi keramik yang keras dan padat yang tidak dapat hancur oleh air. Secara umum pembakaran bahan tanah liat untuk membuat benda keramik dibedakan menjadi: Earthenware yaitu yang pembakarannya berkisar 9000C-11800C, Stoneware yaitu yang pembakarannya sekitar 12000C-13000C, dan Porselin yaitu yang pembakarannya berkisar 12500C-14600C.
Proses pembakaran merupakan proses merubah benda mentah (greenware) menjadi benda keramik, mematangkan glasir, maupun mematangkan dekorasi glasir. Selain itu dalam proses pembakaran benda keramik juga dikenal dengan istilah pembakaran tunggal (single firing), yaitu proses pembakaran badan benda keramik sekaligus pembakaran glasir, dalam hal ini pengglasiran dilakukan pada benda keramik dalam kondisi mentah. Dalam proses pembakaran keramik dikenal pula pembakaran biskuit (bisque) yaitu istilah untuk menyebut benda keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 – 1000oC. Pembakaran biskuit merupakan tahap pembakaran jika sebuah keramik akan dilanjutkan dengan proses glasir, sehingga keramik yang akan diglasir cukup kuat dan mampu menyerap glasir secara optimal.


5. Pengglasiran

Sebagaimana digambarkan di atas proses pengglasiran merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan proses pembakaran. Glasir merupakan material yang terdiri dari beberapa bahan tanah atau batuan silikat dimana bahan-bahan tersebut selama proses pembakaran akan melebur dan membentuk lapisan tipis seperti gelas. Jika digunakan pada keramik maka permukaan badan keramik akan terlihat mengkilat dan licin. Glasir terbuat dari kombinasi (pormula) yang seimbang dari satu atau lebih oksida basa (Flux) yang berfungsi sebagai unsur pelebur/peleleh, Oksida Asam (Silika) sebagai unsur pembentuk gelas/kaca, dan Oksida Netral (Alumina) berfungsi sebagai unsur pengeras. Ketiga bahan tersebut merupakan bahan dasar pembuatan glasir yang dapat disusun dengan kompoisisi sesuai dengan rencana suhu pembakaran yang dikehendaki.
Penggunaan glasir dapat dilakukan pada keramik biskuit yaitu keramik yang sudah mengalami pembakaran tahap pertama. Proses pengglasirannya dapat dilakukan dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang; untuk benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Setelah diglasir maka keramik dibakar seuai dengan suhu kadar glasir yang digunakan. Biasanya glasir untuk bakaran rendah dibakar pada suhu 1300 °C. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan.